ANTOLOGI BAHASA_PONISEH

ONTOLOGI BAHASA
Juni 15,2021

Oleh PONISEH
poniseh20@gmail.com

ABSTRAK
This paper aims to reveal a science that comes from the philosophy of education through the perspective of language ontology. Basically, language itself is part of culture, culture and language as two independent systems in obtaining scientific truths. The current reality illustrates that curiosity in the perspective of educational philosophy encourages humans to be amazed by everything, especially those in nature, and even itself leads to the realm of philosophy itself. Language in educational philosophy can position language and culture through the perspective of ontology as a vital part that humans face throughout their life. Humans always take action according to reactions so that humans are dynamic and shape their existence. Language in educational philosophy can be explored through an ontology perspective, namely (1) the realm of language philosophy, (2) the realm of educational philosophy, and (3) language and culture in ontology studies.
Keywords: educational philosophy, ontology, language
ABSTRAK

Tulisan ini bertujuan untuk mengungkapkan suatu ilmu pengetahuan yang bersumber dari filsafat pendidikan yang melalui perspektif ontologi bahasa. Pada dasarnya bahwa bahasa itu sendiri termasuk bagian dari budaya, budaya dan bahasa sebagai dua sistem yang berdiri sendiri dalam memperoleh kebenaran-kebenaran ilmiah. Realita saat ini menggambarkan bahwa rasa ingin tahu dalam perspektif filsafat pendidikan mendorong manusia untuk kagum akan segala sesuatu terutama yang ada di alam, dan bahkan dirinya sendiri menggiring pada alam filsafat itu sendiri. Bahasa pada  filsafat pendidikan dapat memposisikan bahasa dan budaya melalui perspektif dari ontologi sebagai bagian vital yang dihadapi manusia sepanjang hidupnya. Manusia selalu melakukan aksi yang diseetai reaksi sehingga manusia itu dinamis serta membentuk keberadaannya. Bahasa dalam filsafat pendidikan dapat dieksplorasi melalui perspektif ontologi, yakni (1) ranah filsafat bahasa, (2) ranah filsafat pendidikan, dan (3) bahasa dan budaya dalam kajian ontologi.
kata Kunci : filsafat pendidikan, ontologi, bahasa 



PENDAHULUAN
Filsafat Ilmu merupakan landasan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Berkembangnya zaman yang diringi dengan perkembangan teknologi informasi mengakibatkan semakin banyaknya spesialisasi dari ilmu pengetahuan.  Manusia sebagai pelaku dalam perkembangan tersebut perlu menyadari pentingnya filsafat untuk memberikan batasan secara realistis dan logis untuk mengembangkan ilmu pengetahuan agar tidak merugikan manusia, alam, dan lingkungan. Filsafat mulai tumbuh bila manusia mulai bertanya-tanya disertai rasa kagum dan rasa heran. Jadi, berfilsafat dimulai dengan bertanya. Dan dalam dunia pendidikan yang terkait dengan belajar dan pembelajaran filsafat ilmu merupakan rangkaian pendekatan cara berpikir yang menuntun arah perkembangan dunia pendidikan. Dalam rangkaian proses pembelajaran di dalamnya tidak hanya melibatkan guru dan siswa tetapi juga melibatkan sumber-sumber belajar baik yang sudah tersedia dan sengaja dibuat oleh guru. Sumber belajar yang berupa media pembelajaran dibuat oleh guru untuk menunjang pembelajaran dan membangun suasana baru dalam aktivitas belajar siswa. Filsafat seakan lahir dari rasa heran: karena filsafat ingin tahu. Dan sejak kelahirannya, filsafat merupakan suatu kegiatan dialektis: para filosof saling menanggapi dan saling mengkritik.
Bahasa dalam filsafat pendidikan dapat dieksplorasi melalui perspektif ontologi, yakni (1) ranah filsafat pendidikan, (2) ranah filsafat bahasa, dan (3) bahasa dan budaya dalam kajian ontologi.

METODE
Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini yaitu dengan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan merupakan proses pengumpulan informasi dari berbagai sumber yang ada di perpustakaan. Studi kepustakaan merupakan proses mempelajari referensi dari hasil penelitian sebelumnya untuk digunakan sebagai landasan teori. Sedangkan menurut studi kepustakaan adalah kajian yang bersifat teoritis untuk mengmbangkan suatu teori yang berhubungan dengan budaya, norma, dan nilai pada situasi sosial tertentu. Jadi studi kepustakaan merupakan teknik yang dilakukan dengan melakukan kajian melalui pengumpulan referensi dari buku, artikel, majalah, surat kabar, dan media daring. Referensi yang sudah dikumpulkan ini kemudian dipilah materinya sesuai dengan topik yang akan dibahas. Dalam studi kepustakaan juga dilakukan sintesis yaitu mendeskripsikan kembali dengan bahasa sendiri pendapat atau teori dari ahli yang termuat dalam sumber-sumber referensi. Penyusunan artikel ini menggunakan referensi yang diperoleh melalui media daring, seperti halaman website, blog, artikel, modul dan buku elektronik.

PEMBAHASAN
Filsafat Pendidikan
Filsafat berasal dari kata bahasa Yunani yaitu Philoshopia yang merupakan gabungan dari kata philos yang berarti sahabat atau kekasih pengetahuan dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Jadi filsafat dapat diartikan sebagai kearifan dan kebijaksanaan terhadap sahabat pengetahuan. Filsafat pendidikan merupakan studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari pendidikan. Terkait dengan itu semua adalah persoalan pendidikan dan masyarakat. Sejalan dengan pendapat Alwasilah (2008:101-108) bahwa kajian serius filsafat pendidikan dapat menyeret serta membahas sekitar psikologi perkembangan dan perkembangan manusia. Adapun pada filsafat teoritis tujuan utamanya adalah ilmu pengetahuan yang objektif, sedangkan filsafat praktika berfokus pada tingkah laku yang membentuk manusia agar dapat bertindak mengimplementasikan ilmu pengetahuan.Kemudian filsafat produktif menekankan pada pentingnya keterampilan khusus agar manusia bisa produktif di dalam membuat sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupannya. 
Filsafat seperti yang kita ketahui memiliki tiga cabang yaitu, Ontologi, Epistemologi, Aksiologi. Mempelajari ketiga cabang tersebut sangatlah penting dalam memahami filsafat yang begitu luas ruang lingkup dan pembahasannya.
Hakikat Filsafat Dengan Ontologi bahasa
Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir, Epistemologi membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain, sedangkan Aksiologi membahas tentang guna pengetahuan, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.
Secara ontologis, hakikat keberadaan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hakikat makna bahasa dan keberadaan bahasa senantiasa memproyeksikan kehidupan manusia yang sifatnya tidak terbatas dan kompleks. Filsafat bahasa mengandung upaya untuk menganalisis unsur-unsur umum dalam bahasa seperti makna, acuan (referensi), kebenaran, verifikasi, tindak tutur, dan ketidaknalaran (Sumarsono, 2004:25-26). 
Filsafat bahasa itu merupakan suatu pokok persoalan filsafat; sedangkan filsafat kebahasaan terutama merupakan nama metode filosofis. Dalam konteks proyeksi kehidupan manusia, bahasa senantiasa digunakan secara khas dan memiliki suatu aturan, permainan tersendiri. Untuk itu, terdapat banyak permainan bahasa dalam kehidupan manusia, bahkan dapat dikatakan tidak terbatas, dan antara tata permainan satu dengan lainnya tidak dapat ditentukan dengan suatu aturan yang bersifat umum. Namun demikian, walaupun terdapat perbedaan adakalanya terdapat suatu kemiripan, dan hal ini sulit ditentukan secara definitif dan pasti. Meskipun orang tidak mengetahui secara persis sebuah permainan bahasa tertentu, namun ia mengetahui apa yang harus diperbuat dalam suatu permainan.
 Oleh karena itu, untuk mengungkapkan hakikat bahasa dalam kehidupan manusia dapat dilaksanakan dengan melakukan suatu deskripsi serta memberikan contoh-contoh dalam kehidupan manusia yang digunakan secera berbeda (Sutrisno, 1992:97 dalam Kalelan, 2004:259-260) 
Sistem bahasa (langue) yang abstrak itu merupakan permilikan (property) bersama dan ada dalam kesadaran kolektif masyarakat tutur. Permilikan itu digunakan secara nyata dalam bentuk tuturan dan tulisan (parole) dalam wujudnya sangat bervariasi, baik variasi bentuk maupun nuansa makna dalam konteks penuturan (Mbete dalam Bawa, 2004:21).

PENUTUP
Filsafat pendidikan merupakan studi ihwal tujuan, hakikat, dan isi yang ideal dari pendidikan termasuk di dalamnya semua persoalan pendidikan dan masyarakat. Filsafat pendidikan dapat menyeret serta membahas sekitar psikologi perkembangan dan perkembangan manusia. Filsafat pendidikan mendasari pemikirannya pada ihwal pendidikan atau suatu kegiatan pendidikan yang menyangkut sekolah, kurikulum, peserta didik, dan lain sebagainya.Filsafat tidak bisa lepas dari lingkup kehidupan, termasuk di dalam mempelajari bidang pendidikan matematika. Filsafat dibutuhkan manusia untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berebagai lapangan kehidupan manusia. Jawaban itu merupakan hasil pemikiran yang sistematis, integral, menyeluruh, dan mendasar. 
Filsafat bahasa merupakan kajian filosofi tentang pengetahuan konseptual dari cara-cara bagaimana pengetahuan itu diungkapkan dan dikomunikasikan dalam bahasa. Dengan melihat  struktur bahasa, bentuk, dan isi serta konsep bahasa, filsafat bahasa mencoba membuat simpulan tentang struktur pengetahuan konseptual dari ilmu yang menggunakan bahasa itu.
Ontologi membahas tentang apa objek yang kita kaji, bagaimana wujudnya yang hakiki dan hubungannya dengan daya pikir, Epistemologi membahas tentang bagaimana mendapat pengetahuan, bagaimana kita bisa tahu dan dapat membedakan dengan yang lain, sedangkan Aksiologi membahas tentang guna pengetahuan, klasifikasi, tujuan dan perkembangannya.












Daftar Pustaka
Burhanudin,(2011),  Logika Materiil Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Rineka Cipta,2011
Noerhadi, ,(2010), Diktat Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan.Jakarta: Pascasarjana Universitas Indonesia
Bakhtiar  Amsal,(2010) Filsafat Ilmu, Jakarta :PT Raja Grafindo Persada
Susriasumantri,(1997),Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer.( Jakarta: Pustaka Sinar  Harapan