Nama : poniseh
Nim : 1920100094
LOGIKA FILSAFAT DAN SINTIFIKA
1.Logika mempunyai pengertian hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah satu cabang filsafat.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (bahasa Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur.
Ilmu di sini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa diartikan dengan masuk akal.
Logika adalah bidang pengetahuan yang memperlajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang betul (correct reasoning). Pada mulanya logika sebagai pengetahuan rasional. Oleh Aristoteles logika disebutnya sebagai analitika, yang kemudian dikembangkan oleh para ahli Abad Tengah yang disebut logika tradisional. Mulai akhir abad ke-19 oleh George Boole logika tradisional dikembangkan menjadi logika modern, sehingga dewasa ini logika telah menjadi bidang pengetahuan yang amat luas yang tidak lagi semata-mata bersifat filsafati, tetapi bercorak teknis dan ilmiah.
Menurut Rapar (1996: 14-16) para filsuf pra-Socratik menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi. Plato, menyebutkan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berusaha meraih kebenaran yang asli dan murni. Selain itu, Plato juga menyebutkan bahwa filsafat adalah penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
Aristoteles—murid Plato—mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang senantiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada. Aristoteles juga menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berupaya mempelajari being as being atau being as such. Sementara itu Rene Descartes mengatakan bahwa filsafat adalah himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyelidikannya adalah mengenai Tuhan, alam, dan manusia.
Willian James, filsuf dari Amerika mengatakan bahwa filsafat adalah suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berpikir yang jelas dan terang. R.F. Beerling, guru besar filsafat Universitas Indonesia, mengatakan bahwa filsafat berupaya memajukan pertanyaan tentang kenyataan seluruhnya atau tentang hakikat, asas, dan prinsip dari kenyataan.
ahwa filsafat pendidikan islam adalah pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan atau asas pendidikan dengan berdasar pada norma-norma islam (Al-Qur’an dan Hadits) demi menuju terbentuknya kepribadian islami. Selain itu juga untuk memberikan penjelasan-penjelasan dalam rangka membantu menyelesaikan atau memecahkan masalah yang muncul dalam pendidikan islam.
2. Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an dan Hadits a. Metode Pendidikan Menurut Al-Qur’an Al-Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW lewat perantara malaikat Jibril sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diturunkan secara beransur-ansur supaya mudah dipahami dan dihafal oleh umat muslim. Dalam Al-Qur’an banyak sekali cara-cara atau metode dalam melakukan pendidikan diantaranya adalah :
1).Metode pendidikan moral atau teladan yang baik, sebagaimana yang terdapat dalam Al-Qur’an surat Al-Luqman ayat 17 :
يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
(17) Artinya: “Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”. Dalam surat Luqman ini sangat dianjurkan bagi pendidik untuk menjadi teladan yang baik karena peserta didik cenderung akan meniru dan melakukan sesuatu yang mereka lihat dari tingkah laku pendidik sehari-hari, sebagaimana yang dilakukan Luqman dalam mendidik anaknya. Selain itu Allah swt juga menganjurkan untuk mencontoh perilaku Nabi Muhammad SAW karena beliaulah sebaik-baiknya teladan, sebagaimana firman Allah dalam surat Al -Ahzab ayat 21 : لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْم الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21) Artinya : “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”. Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa Allah sangat menganjurkan perbuatan baik dan melarang perbuatan yang mungkar. Anjuran ini sangat tepat diterapkan dalam pendidikan karena pendidikan tanpa moral tidak akan menghasilkan generasi-generasi yang baik. Sebaliknya malah akan menciptakan generasi yang rusak dan tidak sesuai dengan apa yang dicita-citakan para pendidik.
2).Metode Kisah-Kisah Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat yang menceritakan tentang kisah-kisah zaman dahulu yakni surat Al-Qashash. M. Quraish Shihab memberikan contoh pada surat Al-Qashash ayat 76-81 yang bercerita tentang Qarun. Qarun merupakan contoh dari manusia yang tidak bersyukur atas nikmat Allah kepadanya. Dia mengakui bahwa semua harta yang ia peroleh adalah atas hasil usahanya sendiri. Namun pada suatu hari terjadilah gempa yang sangat dahsyat yang mengakibatkan Qarun dan semua hartanya tenggelam dalam lautan pasir. Pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah tersebut adalah jangan lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah kepada kita serta jangan sombong terhadap sesuatu yang kita miliki karena yang kita miliki hanyalah titipan dan sewaktu-waktu dapat diambil kembali oleh Allah.
3). Metode Nasihat Nasihat merupakan ungkapan yang diperuntukkan baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Nasihat bertujuan untuk mendorong seseorang untuk berubah kearah yang lebih baik. Dalam Al-Qur’an banyak sekali nasehat-nasehat, diantaranya terdapat dalam surat An Nahl ayat 25: ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (125) Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa dalam memberi nasehat haruslah dengan ungkapan yang baik karena nasehat yang ungkapannya tidak baik tentu akan menyakiti hati yang diberi nasehat. Oleh karena itu berilah mereka pelajaran atau contoh yang baik dan jika mereka membantah, bantahlah dengan baik. Dengan begitu nasehat yang kita berikan akan diterima dan akan membantu mereka yang sedang dalam kesusahan. b. Metode Pendidikan Menurut Hadits Hadits merupakan perkataan, perbuatan dan ketetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Hadits juga merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Hadits menjadi penjelas makna ayat-ayat Al-Qur’an yang masih bersifat umum agar manusia tidak salah paham dalam memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Dalam hadits juga terdapat metode-metode pendidikan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya adalah :
1). Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. عَنْ أَبِى بُرْدَةَ عَنْ أَبِى مُوسَى قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا بَعَثَ أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِهِ فِى بَعْضِ أَمْرِهِ قَالَ « بَشِّرُوا وَلاَ تُنَفِّرُوا وَيَسِّرُوا وَلاَ تُعَسِّرُوا ».(رواه مسلم) Artinya : “Dari Abu Burdah dari Abu Musa, ia berkata Rasulullah SAW ketika mengutus salah seorang sahabat di dalam sebagian perintahnya Rasulullah SAW bersabda berilah mereka kabar gembira dan janganlah mereka dibuat lari dan permudahkanlah manusia dalam soal-soal agama dan janganlah mempersukar mereka”. (HR. Imam Muslim) Dalam Hadits diatas sebagai pendidik haruslah menciptaan suasana yang kondusif dan menyenangkan agar para peserta didik betah dikelas, selain itu agar suasana dalam kelas tidak cenderung suram karena murid merasa tertekan karena watak atau perilaku pendidik yang tidak bisa diajak bercanda. Jika murid tidak betah dikelas karena sifat pendidik yang terkesan buruk bagi siswa, mereka akan sulit menerima ilmu yang diberikan guru kepadanya dan akan menciptakan rasa benci terhadap guru tersebut.
2). Pengungkapan materi yang jelas Dalam menyampaikan materi kepada murid haruslah dengan jelas agar murid dapat mengerti apa yang disampaikan guru kepadanya. sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud : عَنْ عَائِشَةَ رَحِمَهَا اللّهُ قَالَتْ كَانَ كَلاَمُ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَمًا فَصْلاً يَفْهَمُهُ كُلُّ مَنْ سَمِعَهُ (رواه ابو داود) Artinya :“Dari Aisyah Rahimah Allah berkata, sesungguhnya perkataan Rasulullah adalah ucapan yang sangat jelas, dan dapat memahamkan orang yang mendengarkannya”. (HR. Abu Dawud) Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa Rasulullah dalam menyampaikan penjelasannya menggunakan gaya dan bahasa yang mudah dipahami bagi seseorang yang diajak bicara. Oleh karena itu sebagai pendidik harus menyesuaikan kemampuannya dengan murid yang dihadapinya agar murid dapat mengerti dan memahami apa yang disampaikan pendidik.
3).Metode tanya jawab dan diskusi. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ (رواه مسلم) Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a Berkata : ada seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan kamu”. (HR. Muslim) Dalam hadits diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, Rasulullah menggunakan metode diskusi dan tanya jawab sebagai strategi pembelajaran. Beliau menjawab semua pertanyaan sahabatnya begitu juga sebaliknya. Demikian juga dalam pendidikan, metode diskusi sangat efektif dalam melakukan pembelajaran karena dengan berdiskusi akan menciptakan hubungan timbal balik antara guru dan murid, sekaligus guru dapat mengukur seberapa dalam pemahaman murid dalam menguasai materi yang diberikan.
dnin yang lulusan International Institute of Islamic Thought and Civilization (ISTAC), Malaysia ini berbagi tips jika umat Islam ingin selamat dalam belajar filsafat.
“Pelajarilah filsafat sebagaimana para ulama dahulu juga belajar filsafat,” ujarnya.
Setidaknya, kata Adnin, ada tiga syarat yang harus dipenuhi sebelum belajar filsafat.
Pertama, adalah ilmu agama yang kuat. Syarat ini sesuatu yang mutlak dan tidak bisa ditawar lagi. Yaitu pemahaman yang benar tentang Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Kedua, kemampuan dialektika dan daya kritik yang kritis.
“Ini penting agar seseorang tidak menelan mentah-mentah setiap pemikiran orang Barat,” ucap Adnin.
Syarat ketiga, adanya guru atau ustadz yang membimbing selama belajar.
“Orang jadi tersesat dengan filsafat karena belajarnya tidak meniru sejarah (belajar) para ulama dahulu,” imbuh Adnin kembali.
Untuk diketahui, acara Kajian Filsafat Islam al-Attas (KFIA) digagas oleh Depok Islamic Study Circle (DISC) Masjid Kampus Universitas Indonesia (UI) Depok.
Sedianya peserta angkatan ketiga ini menimba ilmu filsafat Islam secara intensif hingga bulan Juni nanti. Dengan rincian kajian sebanyak dua belas kali pertemuan rutin setiap pekan.
Selama masa belajar selama tiga bulan tersebut, para peserta dijadwal belajar berbagai materi filsafat Islam hingga tuntas.
Mulai dari materi Pengantar Kuliah Filsafat hingga Konsep Metafisika Barat yang disandingkan dengan Konsep Wujud ala Naquib al-Attas.
Selain itu peserta juga akan mempelajari wacana Epistemologi masa Yunanni Kuno, Abad Pertengahan, dan Epistemologi Modern, dan Pascamodernisme.
Dalam pertemuan berikutnya, peserta lalu mempelajari Perbandingan antara Epistemologi Barat dan Islam serta Kritik Tajam al-Attas terhadap produk barat tersebut.
Terakhir, Adnin menegaskan peran penting filsafat dalam budaya ilmu yang dibangun.
“Ketika sains tidak dikaitkan dengan kajian filsafat yang benar, jangan heran jika ilmu pengetahuan hari ini kian menjauhkan manusia dari Tuhannya,” papar Adnin yang sempat berguru langsung kepada tokoh Filsafat Melayu, Muhammad Syed Naquib al-Attas di Malaysia.
“Seharusnya sejak dini umat Islam sudah meyakini jika sumber ilmu tersebut dari wahyu, sebagai kebenaran mutlak yang dipunyai Allah Subhanahu Wata’ala,” pungkas Adnin kembali.
Rahman, pembina DISC Masjid Kampus UI, dalam kesempatan terpisah mengatakan alasan mengapa perlu ada kajian filsafat yang benar sesuai Islam.
Logika adalah suatu pertimbangan pikiran manusia yang diungkapkan melalui perkataan dan dinyatakan dalam bahasa. Atau arti logika yaitu cara orang berbahasa dalam mencerminkan jalan fikirannya. Jika secara etimologi logika diartikan sebagai ilmu yang mempelajari jalan pikiran seseorang yang dinyatakannya dalam berbahasa Sedangkan sinstifika Pendekatan saintifik (scientific approach) adalah model pembelajaran yang menggunakan kaidah-kaidah keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah informasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014).
Pendekatan saintifik telah dipergunakan dalam pendidikan di Amerika akhir abad ke-19 di mana pada saat itu pembelajaran sains menekankan pada metode laboratorium formalistik yang kemudian diarahkan pada fakta-fakta ilmiah. Pendekatan saintifik sebenarnya sudah digunakan dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah learning by doing yang dikenal dengan cara belajar siswa aktif dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang secara formal diadopsi dalam Kurikulum 1975.Tujuan pendekatan saintifik dalam pembelajaran antara lain untuk meningkatkan kemampuan berpikir peserta didik, membentuk kemampuan dalam menyelesaikan masalah secara sistematik, menciptakan kondisi pembelajaran supaya peserta didik merasa bahwa belajar merupakan suatu kebutuhan, melatih peserta didik dalam mengemukakan ide-ide, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan mengembangkan karakter peserta didik.
Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses pembelajaran diharapkan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan menghafal semata (Majid, 2014).Berikut definisi dan pengertian pendekatan saintifik dari beberapa sumber buku:
Menurut Rusman (2015), pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan pada siswa secara luas untuk melakukan eksplorasi dan elaborasi materi yang dipelajari, di samping itu memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuan melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru.
Menurut Hosnan (2014), pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang supaya peserta didik secara aktif mengkonstruk konsep, hukum, atau prinsip melalui kegiatan mengamati, merumuskan masalah, mengajukan/merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan.
Menurut Karar dan Yenice (2012), pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar pembelajar secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
-Contoh Logika
Inilah beberapa contoh logika yang sederhana, misalnya ada kalimat atau pernyataan yang tidak masuk akal, jadi pernyataan tersebut tidak dijelaskan dan penalarannya tidak benar. Misalnya seperti “manusia bisa menahan nafas sampai 5 jam” jelas pernyataan tersebut tidak benar nyatanya menurut penelitian rata-rata manusia normal bisa menahan nafas selama 30-60 detik dan otak manusia normal akan mengalami kerusakan secara permanen setelah 4 menit jika tidak mendapat oksigen.
Atau pernyataan seperti “manusia bisa bertahan tanpa minum selama satu bulan” dari pernyataan tersebut jelas tidak masuk akal, nyatanya manusia normal bisa bertahan selama 3-4 hari tanpa minum, itupun dipengaruhi oleh faktor usia, kesehatan tubuh, cuaca, dll.
Dalam studi filsafat kontemporer, setidaknya ada tiga jenis atau model yang termasuk pendekatan yang digunakan dalam studi Islam (Islamic studies) saat ini yaitu : Pendekatan Hermeneutika, Pendekatan Teologi-Filosofis, dan Pendekatan Tafsir Falsafi.